





stories, reflection, and everything in between
Setelah tujuh tahun lebih sejak pertama kali tes IELTS, akhirnya awal Agustus 2022 kemarin aku meng-update skor IELTS-ku. Meskipun sudah mengajar IELTS preparation selama kurang lebih tujuh tahun juga, tapi sebelumnya aku baru sekali tes IELTS yang official (di awal tahun 2015). Alasan kenapa skor IELTS nggak di-update selama ini simply karena memang belum ada kebutuhan, dan berhubung biaya tesnya lumayan mahal, walaupun kadang ingin update untuk mengukur level terkini, tapi selalu kuurungkan. Akhirnya setelah setengah dekade lebih lulus S2, aku didorong suami untuk mulai persiapan sekolah lagi (alhamdulillah). Maka sebagai langkah pertama untuk persiapan mendaftar program S3 aku pun langsung mencari info mengenai tes IELTS di area Jakarta. Untuk mendaftar, aku langsung dari website IELTS.
Continue reading “IELTS CD (Computer Delivered): Review & Tips”Kamu butuh skor IELTS 7, tapi nggak punya waktu untuk persiapan tesnya? Kebetulan aku juga pas tes IELTS di tahun 2015 dulu nggak sempat melakukan persiapan matang karena waktu yang mepet. Tapi, meski minim persiapan, aku tetap dapat skor yang kubutuhkan. Overall skor IELTS-ku waktu itu 7.5, dan nggak ada skor per subtest yang di bawah 7.0.
Gimana caranya bisa dapetin skor segitu tanpa persiapan? Yuk simak tipsnya. Semua berdasarkan pengalamanku pribadi. Baca sampai akhir ya.
1. Get an early start
Aku mulai belajar bahasa Inggris sejak usia 10 tahun, sejak level primary sampai advanced (bahkan punya sertifikat tes ujian negara setiap levelnya). Terus aku kuliah jurusan pendidikan bahasa Inggris juga. Kalau ditotal, waktu tes IELTS aku udah belajar bahasa Inggris selama 15 tahun, dan masih on-going. Kamu sendiri belajar bahasa Inggris udah berapa lama?
2. Kuasai semua grammar rules
Yah, nggak semua juga sih sebenarnya. Sampai sekarang aku tuh masih suka bingung dengan penggunaan preposition karena nggak ada set rules-nya (Seriously, equal itu pake with atau to? Talking to atau talking with? Apa bedanya toward dengan towards?)
Tapi overall aku paham garis besar tata bahasa Inggris luar kepala. Kalau kamu kemampuan grammar kira-kira udah di level apa?
3. Interaksi dengan bahasa Inggris setiap hari
Sejak SMA, aku udah biasain untuk baca tulisan (artikel, cerita, dll) dalam bahasa Inggris setiap hari. Settingan handphone dan web browser juga dibuat bahasa Inggris, jadi otomatis hasil pencarian dalam bahasa Inggris semua. Aku juga suka dengerin podfic atau audiobook sambil ngerjain tugas rumah kayak nyuci piring atau nyetrika. Intinya, setiap hari aku selalu interaksi dengan bahasa Inggris. Nah, seberapa harmonis hubungan kamu dengan bahasa Inggris?
4. Familar dengan TOEFL iBT
Kalau level kesulitan, TOEFL iBT dan IELTS sebenarnya sebelas-dua belas. Cuma formatnya beda, dan bahasa Inggrisnya TOEFL itu American sedang IELTS itu lebih British. Sebelum tes IELTS, kebetulan aku udah tiga kali tes TOEFL ITP dan pernah sekali tes iBT. Dan kalau skornya dikonversi, prediksi skor IELTSku memang nggak jauh-jauh dari yang aku dapatkan. Kamu sendiri udah pernah tes TOEFL iBT belum?
5. Tinggal setengah tahun di English-speaking country
Alasan aku tes TOEFL iBT dulu tuh untuk program exchange ke US, dimana aku sempat kuliah satu semester full di kampus yang cuma ada dua orang mahasiswa Indonesia (termasuk aku). Jadi otomatis waktu itu aku jarang banget bisa ngomong pake bahasa Indonesia. Tapi jadinya bahasa Inggrisku tambah fasih, lumayan juga ya. Kalau kamu, udah pernah belum tinggal di luar negeri?
Tapi kalau dipikir-pikir, bahkan dengan modal pengetahuan dan pengalaman yang aku list di atas, skor IELTS-ku nggak sampai 8.0, apalagi 9.0. Menurut kamu kenapa? Nggak salah lagi, ya karena kurang persiapan. Bahkan dulu tes Speaking-ku selesai di tengah jalan karena aku nggak paham cara menjawab pertanyaan yang sesuai kriteria penilaian. Aku tuh tes IELTS nggak dengan persiapan matang bukan karena arogan ya, tapi karena memang situasi nggak memungkinkan. Kalau bisa memilih, tentu aja aku bakal benar-benar nyiapin diri sebelum tes.
Nah, jadi sebenarnya key takeaway dari tulisan ini adalah kalau kamu butuh skor IELTS 7.0 ke atas, nggak ada pilihan selain persiapkan dengan matang. Karena mustahil bisa dapetin skor IELTS tinggi kalau kamu nggak: a) punya kemampuan menggunakan bahasa Inggris yang oke, dan b) familiar dengan format tes IELTS dan kriteria penilaiannya. Aku yang dulu cuma meng-cover poin a, sedang poin b aku buta. Alhasil, jadi lah aku dapat skor overall 7.5.