Travel

Meminimalisir Drama Saat Terbang Long-distance Membawa Bayi

Waktu aku berangkat menyusul suami yang sedang studi di Amerika tahun 2019 kemarin, aku hanya berdua dengan Fatih, anakku yang waktu itu baru beranjak 9 bulan. Fatih belum bisa jalan, berdiri saja baru tahan sebentar. Alhamdulillah, kami sampai di DC dan berkumpul kembali dengan suami dalam keadaan sehat, walau jika ditanya apa aku mau mengulang pengalaman itu, mungkin jawabanku tidak, terima kasih.

Perjalanan jauh naik pesawat membawa bayi memang berpotensi penuh drama, tak hanya menguras tenaga tapi juga emosi. Tapi, bukan berarti kamu nggak bisa mengantisipasi agar perjalananmu dengan si buah hati lebih lancar, dan meskipun drama pasti tetap ada (namanya juga bawa bayi), tapi masih bisa kamu atasi tanpa merusak momen liburan kamu tentunya. Jadi apa saja yang perlu kamu persiapkan agar perjalanan membawa si buah hati lebih lancar dan minim drama? Lanjut baca sampai selesai ya!

1. Sebelum terbang

Ada hal-hal yang perlu kamu siapkan dari beberapa minggu atau beberapa bulan sebelum tanggal keberangkatan kamu. Bahkan begitu kamu dan pasangan mulai punya rencana liburan atau pergi ke suatu tempat yang mengharuskan kamu naik pesawat dengan waktu yang lama.

a. Pilih maskapai yang family friendly

Sebelum booking tiket, penting banget untuk lihat-lihat review maskapai mana yang paling “family friendly” atau menyediakan pelayanan khusus bagi penumpang yang bepergian dengan keluarga/anak kecil. Pelayanan ini bentuknya bervariasi, tergantung maskapai yang kamu pilih. Ada yang memprioritaskan boarding di awal, menyediakan mainan dan snack untuk perjalanan, hingga pramugari yang khusus bertugas membantu penumpang yang membawa anak kecil/bayi.

Ini akan sangat membantu apalagi buat kamu yang seperti aku, terbang tanpa didampingi pasangan atau pun anggota keluarga lainnya. Sepanjang perjalanan, setiap kali ingin ke toilet aku terpaksa membawa Fatih karena dia nggak mau kutinggal. Tapi pernah sekali dia sedang asik diajak bercanda oleh penumpang di sebelahku dan aku mengambil kesempatan untuk ke toilet. Ketika aku di dalam toilet, tak lama aku mendengar tangisan keras anakku, dan aku pun buru-buru membersihkan diri. Eh, taunya saat aku keluar, Fatih sudah digendong oleh salah satu pramugari dan tangisnya pun sudah berhenti. Kemudian beberapa jam sebelum pesawat kami mendarat di D.C., Fatih tiba-tiba menangis lama sekali, kemungkinan karena masuk angin sebab sudah 30 jam di perjalanan. Aku berusaha tetap tenang dan nggak panik, tapi sumpah waktu itu hatiku sudah bergetar. Dan kalau bukan karena pramugari yang baik sekali, membantuku membawakan tas kecilku yang berisi minyak telon dan mengajakku pindah duduk di kursi pramugari agar Fatih bisa lebih tenang, mungkin aku sudah mengalami mental breakdown. Beliau juga membawakanku air hangat dan menemaniku hingga Fatih tak lagi menangis.

b. request baby bassinet dan baby meal

Setelah kamu book tiket, jangan lupa segera request baby bassinet ke pihak maskapai, karena persediaan bassinet tiap flight terbatas dan prinsipnya ‘first come first served’. Ukuran bassinet tiap maskapai berbeda-beda ya, jadi pastikan sebelum pilih maskapai, kamu cek dulu spesifikasi bassinet yang disediakan. Selain itu, meski di sebagian maskapai untuk request bassinet kamu cukup ke halaman manage my booking di website maskapainya, ada juga yang mengharuskan kamu untuk request atau konfirmasi via telpon. Oh iya, ada juga maskapai yang untuk request bassinet kamu harus bayar ekstra, dan bahkan ada yang sama sekali nggak menyediakan bassinet untuk bayi. Oleh karena itu, sekali lagi hati-hati pilih maskapai ya!

Aku dan Fatih saat berangkat dulu terbang dengan Emirates, dan ukuran bassinet-nya lumayan besar, lebih dari cukup untuk Fatih yang waktu itu masih 9 bulan. Ketika pulang ke Indonesia, kami naik All Nippon Airways (ANA), dan ternyata bassinet-nya kekecilan untuk Fatih yang sudah berumur 20 bulan.

Untuk request baby meal, kamu juga tinggal input di manage my booking di website maskapai.

c. perhatikan durasi transit

Terbang long distance biasanya mengharuskan kamu transit satu atau dua kali selama perjalanan. Saat memilih penerbangan, perhatikan durasi masing-masing transit, jangan pilih yang terlalu singkat (kurang dari 2 jam) ataupun terlalu lama. Saat transit, bisa jadi buah hati kamu perlu ganti popok, makan, atau menyusu, dan jika waktu transit terlalu singkat maka kamu akan sangat terburu-buru. Sedang kalau transit terlalu lama juga nggak ideal karena kamu akan lelah.

Waktu akan booking tiket dulu, aku hampir memilih penerbangan dengan waktu transit 1.5 jam, karena opsi lainnya adalah menunggu 9 jam sebelum second leg. Akhirnya aku memutuskan untuk konsultasi dengan pihak maskapai dan disarankan memilih flight yang lebih lama. Tapi serius, transit 9 jam membawa bayi itu capek sekali.

d. pilih baby carrier dan travel stroller yang pas

Kalau kamu terbang dengan bayimu sendirian, maka lebih baik si kecil kamu gendong dengan carrier agar tangan kamu free untuk membawa bagasi atau tas kabin dan keperluan lainnya. Pilihlah carrier yang nyaman buat bayi dan juga pas di kamu. Ada banyak sekali pilihan carrier yang recommended, salah satunya Ergobaby.

Jika terbang dengan pasangan atau keluarga, maka travel stroller bisa jadi pilihan kamu. Travel stroller atau cabin stroller yang ringan, bisa dilipat dan dibuka dengan satu tangan akan sangat membantu meringankan beban perjalanan kamu. Apalagi jika kamu transit selama beberapa jam. Meskipun umumnya di airport sekarang sudah disediakan stroller untuk anak, biasanya jumlahnya terbatas. Lagipula, menggunakan stroller sendiri lebih aman dan nyaman untuk buah hatimu.

e. persiapkan kebutuhan bayi lainnya

Ketika waktu terbang sudah dekat, mulai deh persiapkan hal-hal lain yang dibutuhkan si buah hati selama perjalanan. Ini mencakup pakaian ganti di pesawat, MPASI, susu, mainan, dan sebagainya.

Untuk baju ganti, baiknya siapkan baju yang nyaman, hangat, dan nggak ribet. Onesie dengan zipper bisa jadi opsi buat kamu, karena lebih mudah dibuka dan dipasang ketika harus ganti popok daripada yang pakai kancing.

Kemudian, meski kamu sudah request baby meal, lebih baik tetap sediakan MPASI atau makanan buat si buah hati di perjalanan ya. Karena bisa jadi seperti anakku, si kecil nggak doyan makanan pesawat. Membawakan makanan yang dia sukai sangat membantu untuk menjaga mood si kecil loh.

Selain itu, siapkan juga buku dan mainan favorit si kecil untuk dibawa ke kabin ya. Ini penting banget supaya si kecil nggak bosan di pesawat. Kalau buah hati kamu sudah diperkenalkan dengan screen time, kamu juga bisa download video-video favoritnya ke laptop atau tablet untuk ditonton di pesawat. Pokoknya siapkan apapun yang bisa menjaga agar si buah hati terhibur di jalan, karena kalau si kecil bosan dan bad mood, maka potensi terjadi drama akan semakin besar.

Jangan lupa juga untuk packing perlengkapan mandi, minyak telon atau minyak kutus-kutus, dan perelengkapan makan si kecil ya. Nah, baiknya semua kebutuhan dan perlengkapan bayi yang sudah kamu siapkan disusun di satu tas atau ransel yang gampang diakses selama di dalam pesawat.

2. Dalam perjalanan

a. di pesawat

Sebelum boarding, usahakan si kecil sudah kenyang agar hatinya juga senang. Saat take off dan landing, getaran mesin pesawat bisa menyebabkan telinga bayi sakit. Cara paling ideal untuk menghindari ini adalah dengan tidur. Jika waktu boarding dan take off kamu sesuaikan dengan jam tidur si kecil, maka kamu tinggal pastikan dia duduk nyaman di pangkuan kamu sebelum ditidurkan. Jika si kecil nggak mau tidur, coba diberi susu atau makanan, karena gerakan menyusu bisa membantu mengurangi efek getaran di telinganya. Opsi lainnya bisa dengan memakaikan earmuff. Namun ini perlu pembiasaan sejak beberapa hari sebelum terbang, agar saat di pesawat si kecil merasa nyaman saat dipakaikan earmuff.

Kalau kamu sudah request bassinet dan dikonfirmasi oleh pihak maskapai, maka kamu akan duduk di bulkhead seat yang leg room-nya lumayan lapang dibanding seat yang lain. Jika anak kamu nggak betah berlama-lama di bassinet saat dia nggak tidur, kamu bisa manfaatkan leg room ini untuk jadi space bermain si kecil. Gunakan selimut yang dibagikan awak pesawat sebagai alas duduk, dan biarkan si kecil bermain atau nonton disitu. Ketika si kecil sedang asik, kamu bisa manfaatkan waktu untuk makan, minum, atau sekedar relaksasi.

Kalau kamu terbang sendiri dengan bayi, maka kemungkinan besar kamu akan kurang tidur selama perjalanan. Sebaiknya kamu manfaatkan waktu si kecil tidur untuk tidur juga atau sekedar memejamkan mata sejenak. Kalau kamu terbang dengan pasangan, maka kamu dan pasangan bisa tidur bergantian. Walau ini juga untung-untungan sih. Dalam perjalanan kami pulang ke Indonesia, karena bassinet kekecilan, Fatih jadi sulit tidur selama perjalanan dan harus selalu dipangku. Alhasil aku juga cuma tidur total 2–3 jam karena Fatih menolak tidur dipangku ayahnya.

b. saat transit

Manfaatkan waktu transit untuk bersih-bersih dan mengganti baju si kecil. Biasanya di nursing room bandara disediakan air hangat yang bisa kamu manfaatkan untuk memandikan si buah hati, atau sekedar mengelap seluruh badan dengan handuk atau sapu tangan.

Jika waktu transit lama, maka si kecil bisa kamu tidurkan di kasur yang disediakan di nursing room. Kamu bisa manfaatkan waktu yang ada untuk bersih-bersih, ganti pakaian, dan istirahat.

Nah, itu dia beberapa hal yang bisa membantu kamu meminimalisir drama saat terbang jarak jauh membawa anak bayi. Namun, bukan berarti jika kamu lakukan semua poin di atas, perjalanan kamu akan benar-benar drama-free ya. Namanya travelling with a baby, pasti ada saja hal yang di luar ekspektasi. Yang penting, selain persiapan yang matang, adalah pastikan kamu fit baik fisik maupun mental sebelum berangkat ya. Penting banget untuk menjaga agar mood kamu selalu baik selama di jalan, karena si buah hati bisa merasakan dan akan terpengaruh oleh mood orang tuanya.

Safe travels!